Monday, May 11, 2015

MAINTENANCE TURBIN UAP

PERBAIKAN TURBIN UAP


Turbin Uap
Turbin uap merupakan kelompok pesawat-pesawat konversi energi yang mengkonversikan energi potensial uap menjadi energi mekanik pada poros turbin. Sebelum dikonversikan menjadi energi mekanik terlebih dahulu dikonversikan menjadi energi kinetik dalam nozel (pada turbin impuls) atau dalam nozel dan sudu-sudu gerak (pada turbin reaksi).
Menurut jenis fluida kerja yang bekerja pada turbin, maka turbin dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut :
1.      Turbin dengan fluida kerrja uap disebut turbin uap, yaitu turbin yang merubah tenaga potensial uap menjadi tenaga mekanis.
2.      Turbin dengan fluida kerja gas disebut turbin gas, yaitu turbin yang merubah tenaga potensial gas menjadi tenaga mekanis.
3.      Turbin dengan fluida kerja air disebut turbin air, yaitu turbin yang merubah tenaga potensial air menjadi tenaga mekanis. Tenaga air yang digunakan misalnya tenaga potensial dari air terjun atau air sungai.
4.      Turbin dengan fluida kerja angin disebut turbin angin, yaitu turbin yang merubah tenaga potensial angin menjadi tenaga mekanis.
Dari keempat jenis turbin diatas pada prinsipnya adalah sama, hanya fluida kerjanya saja yang berbeda.
Ada beberapa keuntungan turbin uap jika dibandingkan dengan mesin uap, yaitu sebagai berikut :
1.      Peralatan pada turbin tidak banyak macam ragamnya/lebih sedehana.
2.      Gerak yang dihasilkan lebih tenang, karena banyak gerak putar saja.
3.      Gerakan putanya secara langsung tanpa perantara.
4.      Torsi yang dihasilkan pada porsi lebih besar.
5.      Tidak ada kerugian gesek pada rotasinya.
6.      Dibandingkan dengan mesin uap yang horizontal, maka turbin uap tidak memerlukan pondasi yang begitu besar.
7.      Dari ukuran turbin uap sama dengan mesin uap, maka turbin memperoleh daya yang besar.
8.      Akibat banyak timbul gerak putar saja, maka getaran yang ditimbulkan lebih kecil dari pada mesin uap.
Namun jika dibandingkan dengan mesin uap turbin uap juga terdapat kekurangan/kerugian, diantaranya sebagai berikut :
1.      Untuk mengekspansikan uap memerlukan peralatan yang khusus yaitu pipa pemancar.
2.      Pipa pemancar memerlukan perencanaan yang sangat teliti.
3.      Karena uap dipakai untuk mendorong sudu jalan, padahal sudu jalan hanya merupakan kepingan yang terbuka, sehingga diperlukan rumah turbin yang sangat rapat dan kuat, sehingga tidak timbul kebocoran uap. Sedangkan pada mesin uap hal tersebut diatas tidak memerlukan perhatian yang penting.

Turbin uap bertingkat dengan kondensasi dalam satu rumah bekerja menurut “proses tekanan sama” dengan roda turbin sendiri-sendiri tetapi masih tetap dalam satu poros. Selain itu untuk turbin uap yang dibuat dengan menggunakan “proses tekanan lebih”, rotornya terdiri atas sebuah tromol yang dilengkapi dengan sudu-sudu. Turbin uap terdiri dari rotor dan rumah turbin, yaitu sebagai berikut :
a.      Rotor Turbin (gambar 1)
1.      Penggerak Pompa Oil Utama dan Regulator
Di kanan kedua titik adalah : baut penutup cepat (over speed trip) bila terjadi kemungkinan putaran rotor turbin sampai lebih besar dari pada yang telah ditentukan (over speed), maka peralatan ini akan bergerak keluar dan dengan melalui sistem pemindahan tuas uap yang masuk ke dalam turbin bisa di kurangi (kedua baut tersebut adalah untuk pengaman)
2.      Bantalan tekan dan bantalan dukung dari rotor turbin
3.      Tabung Paking Poros
Dengan adanya Paking Labirin kebocoran uap melalui celah antara poros dan rumah turbin yang bebas dari singgungan atau geseran bisa dikurangi dengan sangat atau dibendung, tetapi kerugian kebocoran ini tetap tidak bisa dihindari.
4.      Tingkat Pertama
Disini uap baru setelah melalui nozel laval menggerakan roda curtis dengan 2 sudu jalan.
5.      11 tingkat turbin, yang masing-masing dengan rod aturbn sendiri-sendiri. Bagian ini bisa disebut sebagai bagian turbin tekanan tinggi.
6.      4 tingkat turbin tekanan rendah dengan pertambahan panjang sudu yang sangat besar.
7.      Uap dari sebelah pinggir tabung paking poros bagian tekanan tinggi diambil dan dialirkan ke tabung paking tingkat tekanan rendah untuk dipakai sebagai uap perintang.
8.      Tabung paking tingkat tekanan rendah, disebelah kiri tabung ini terdapat tekanan kerendahan (kurang dari 1 bar). Dengan dialirkannya uap perintang maka udara luar sekitar turbin terhalang tidak terhisap masuk kedalam saluran uap bekas.
9.      Bantalan dukung penghantar.
10.  Kopling
Di luar adalah peralatan untuk memutar poros. Setelah turbin berhenti dan sebelum dioperasikan rotor turbin yang besar yang bekerja dengan temperatur uap yang tinggi, diputar dengan pelan-pelan supaya bagian-bagian turbin bisa dipanaskan dengan merata.
11.  Bantalan dukung generator



b.      Rumah Turbin (gambar 2)
Rumah turbin dibagi ditengah horisontal, dengan maksud supaya rotor bisa ditaruh kedalam rumah dari atas.
·         Regulator
·         Rumah Bantalan
Rumah ini disangga diatas pondasi dari pada pemuaian akibat panas melalui pegas bantalan ini mengadakan penyesuaian akibat dengan garis sumbu turbin. Rumah bantalan dan rumah turbin mempunyai hubungan lepas.
·         Cerobong uap tabung paking bagian tekanan tinggi.
Sisa uap bocoran dalam rumah turbin dibuang melalui saluran ini.
·         Katup pengatur uap baru
Turbin mempunyai 3 sampai 5 katup, yang fungsinya untuk merubah besarnya daya yang dhasilkan turbin dengan jalan mengatur banyaknya uap yang dimasukkan kedalam turbin.
·         Rumah Katup
Pada temperatur uap baru yang tinggi seperti dalam masalah ini, sebagian atau seluruh uap tersebut dialirkan melalui nozel laval untuk menggerakan sudut-sudut roda turbin curtis.
·         Rumah turbin bagian tekanan tinggi.
Ruang kosong antara dinding sebelah luar dan dinding dalam digunakan untuk mengalirkan uap ekstraksi (uap yang di cerat dari turbin) E1 dan E2 guna dimasukkan ke dalam pesawat pemanas pendahuluan air pengisi ketel. Uap ini melalui lubang dibelakang roda jalan 4 dan 7. Tekanan dan temperatur akan terbagi merata, sehingga beban dan tekanan panas (tekanan yang timbul akibat adanya panas) dalam bagian-bagian rumah turbin bisa turun.
·         Pelat pembungkus
Dibawah pelat  ini terdapat suatu bahan isolasi penyekat panas.
·         Cerobong uap tabung paking tingkat tekanan rendah
Dari cerobong ini harus bisa dilihat bahwa sisa uap perintang mengalir keluar, yang berarti menunjukkan bahwa prosesnya tidak terbalik menjadi udara luar yang terhisap masuk kedalam saluran uap bekas.
·         Saluran uap bekas
Yang serentak sebagai penghubung antara turbin dengan kondensator dan “dinding penyekat” dengan pemegang sudu pengarah, di bagian bawah pada E3 adalah tempat pengambilan uap ekstraksi untuk dialirkan ke pesawat pemanas pendahuluan air pengisi ketel.
·         Pada saluran uap bekas terdapat rumah bantalan yang dituang. Titik tetap, tempat rumah turbin dihubungkan dengan fondasi adalah disini. Bila rumah turbin memuai karena panas ia akan bergeser dari tempat ini ke kiri. Sebab rumah turbin di titik tetap sini di ikat dengan fondasi (maka rumah turbin bagian muka akan meluncur diatas fondasi) penyangga sebelah kiri, dengan demikian penumpu bantalan yang dimuka (hantara pada nomor 2) ikut bergeser. Pada saat bersamaan rotor dari bantalan tekan pada nomor 2 juga akan dibawa ke kiri. Tetapi dengan adanya kelonggaran yang ukurannya sesuai dengan geseran kesisi (yang aksial) antara rotor dan rumah turbin, juga pada tabung paking, nama kontak atau gesekan satu sama lainnya bisa dihindari.
·         Generator Turbo

A.    Klasifikasi Turbin Uap
Turbin uap dapat diklasifikasikan kedalam kategori yang berbeda-beda, tergantung dari konstruksi, panas jatuh yang dihasilkan, keadaan mula-mula dan akhir dari uap, penggunaan dalam industri, serta jumlah tingkat yang ada padanya. Maka turbin uap diklasifikasikan sebagai berikut :

1.      Menurut arah aliran uap memasuki turbin, maka turbin uap dibagi atas turbin :
a.       aksial, dan
b.      radial

2.      Menurut prinsip kerjanya, maka turbin uap dapat di bagi atas :
a.       turbin aksi, dan
b.      turbin reaksi

3.      Menurut sistem kerjanya, maka turbin uap dapat di bagi atas :
a.       Turbin impuls dengan tingkat tekanan dan velositas tunggal, sistem ini diterapkan pada turbin De laval.
b.      Turbin impuls dengan tingkat tekanan tunggal dan tingkat velositas ganda (kompon), sistem ini diterapkan pada turbin Curtis dengan rotor tunggal.
c.       Turbin impuls dengan tingkat tekanan dan velositas ganda, sistem ini diterapkan pada turbin Curtis dengan rotor ganda.
d.      Turbin impuls dengan tingkat tekanan ganda dan satu tingkat velositas, sistem ini diterapkan pada turbin Rateau.
e.       Turbin kombinasi sistem Curtis-Rateau
f.       Turbin reaksi dengan tingkat tekanan berganda dan dengan satu tingkat velositas, sistem ini diterapkan pada turbin Parson.
g.      Turbin kombinasi impuls-reaksi, sistem ini diterapkan pada turbin kombinasi Curtis-Parson
h.      Turbin reaksi dengan rotor dan putaran ganda, sistem ini diterapkan pada turbin Ljungstrom.

4.      Sesuai dengan kondisi uap meninggalkan turbin, maka turbin uap dibagi atas :
a.       Turbin tekanan lawan (back pressure turbine), yaitu bila tekana uap bekas sama dengan tekanan uap yang dibutuhkan untuk keperluan prosesing (pengolahan) pad kegiatan (aktivitas) suatu pabrik. Turbin jenis ini tidak mengalami kondensasi uap bekas, jadi disebut juga sebagai turbin non-kondensasi (non-condensing stam turbin). Turbin tekanan lawan bisa saja dari jenis impuls atau reraksi, yang terdiri dari turbin uap merek Stork dari jenis Rateau dari 7 tingkat tekanan.
b.      Turbin kondensasi langsung (straight condensing turbine), adalah turbin uap yang beroperasi dengan mengkondensasikan uap bekasnya langsung dalam kondensor, guna memperoleh air yang akan dipakai sebagai air pengisi ketel (feed water). Sisteem ini dilaksanakan bila sulit untuk memperoleh air yang memenuhi syarat untuk pengisi ketel, atau mahalnya harga air seperti yang di alami pada kapal.
c.       Turbin ekstraksi dengan tekanan lawan (Extraction Back Pressure Turbine), bila turbin beroperasi dengan uap bekas yang dipergunakan untuk keperluan ekstraksi dan proses. Tekanan lawan (black pressure) yang lebih rendah dari tekanan ekstraksi (extraction pressure) dapat mereduksi ekspansi uap, sehingga konstruksi turbin T.R dpat lebih ringan.
d.      Turbin ekstraksi dengan kondensasi (Extaction Condensing Turbine), beroperasi dengan sebagian uap bekas dipakai untuk keperluan ekstraksi dan sebagian lagi untuk penyediaan kondensat untuk air pengisi ketel (feed water).
e.       Turbin kondensasi dengan ekstraksi berganda (Double Extaction Condensing Turbines), adalah jenis turbin kondensasi dengan tekanan ekstraksi berganda. Uap bekas dari turbin dipakai untuk kebutuhan beberapa tingkat ekstraksi dan sisanya dijadikan kondensat dalam kondensor  untuk memenuhi kebutuhan air pengisi ketel (boiler feed water).
f.       Turbin Non-Kondensasi dengan aliran langsung (Staight Flow Non-Condensing Turbine), adalah turbin uap dengan sistem aliran langsung tanpa menyuplai uap untuk keperluan ekstraksi dan tanpa memakai kondensor, jadi uap bekas langsung di buang ke udara  luar dengan tekanan –lawan sama atau melebihi tekanan atmosfir (1 atm).
g.      Turbin non kondensasi dengan ekstraksi tunggal dan berganda dua.

5.      Sesuai dengan kondisi uap masuk turbin, terdiri dari :
a.       Turbn tekanan rendah (low pressure turbine), bila tekanan uap masuk turbin sampai dengan 2 bar (p£ 2 bar).
b.      Turbin tekanan menengah, bila tekanan uap masuk (initial pressure) sampai dengan 40 bar (p£ 40 bar).
c.       Turbin tekanan tinggi, bila tekanan uap masuk turbin sampai dengan 170 bar (p£ 170 bar).
d.      Turbin tekanan sangat tinggi, bila tekanan uap turbin (initial turbin) lebih dari 170 bar (p> 170 bar).
e.       Turbin tekanan adi-kritis, yaitu turbin uap yang beroperasi dengan tekanan lebih dari 225 bar (p> 225 bar).

6.      Sesuai dengan jumlah selinder, maka turbin uap dibagi atas :
a.       Turbin uap bersilinder tunggal (single-cylinder steam turbine).
b.      Turbin bersilinder ganda dua (two cylinder steam turbin).
c.       Turbin bersilinder berganda tiga (three cylinder steam turbine).
d.      Turbin bersilinder empat (four cylinder steam turbine).

7.      Sistem pemanasan ulang uap, maka turbin uap dibagi atas :
a.       Turbin uap dengan pemanasan ulang tunggal (single reheat Turbine).
b.      Turbin uap dengan pemanasan ulang ganda (double reheat Turbine).

8.      Berdasarkan pada lingkungan pengoperasiannya, maka turbin uap terbagi atas dua macam, yaitu :
a.       Turbin darat (industrial turbine), yang dioperasikan pada PLTU untuk penggerak generator listrik dan keperluan industrial.
b.      Turbin kapal (marine steam turbine), yang dioperasikan pada kapal-kapal dagang dan kapal-kapal perang.

B.     Sistem / cara Kerja Turbin Uap
Adapun turbin uap terdiri dari :
1.      Rumah Turbin
2.      Sudu jalan yang mempunyai karangan sudu jalan
3.      Poros turbin
4.      Pipa pemancar
5.      Bearing Metal

Karena Turbin uap maka turbin bekerja dengan menggunakan tenaga uap. Mula-mula uap baru yang betekanan masuk kedalam pipa pemancar dan kemudian keluar. Karena turbin ini merupakan turbin tekanan rate (aksi) maka tekanan uap yang kelua dari sudu jalan sama. Oleh karena berkurangnya uap di dalam pipa pemancar maka terjadi pengembangan uap, yakni kecepatan uap akan betambah.

C.    Jenis Gangguan ( Trouble Shooting ), Kerusakan pada Turbin Uap
Turbin uap bekerja pada putaran yang tinggi, sehingga seringkali mengalami gangguan. Adapun jenis gangguan yang sering terjadi pada umumnya adalah :
1.      Turbin bergetar, disebabkan oleh :
a.       Alignment poros tidak tepat
b.      Clearance bantalan teralu besar
c.       Kopeling kering
d.      Kopeling aus atau rusak
e.       Rotor rusak ( unbalance )
f.       Rotor mengandung kerak,unbalance
g.      Karbon ring longgar
h.      Ada air kondensat dalam rai sudu-sudu
i.        Poros bengkok
j.        Baut pengikat longgar atau patah
k.      Cakra longgar
2.      Turbin tidak bisa di star, adapun penyebabnya adalah :
a.       Tekanan uap masuk tidak cukup tinggi kemungkinan ada tirisan uap dari katup
b.      Ada gangguan dalam saringan uap ( steam strainer )
c.       Katup gerak cepat ( quick action valve ) tidak terbuka
d.      Katup uap masuk dalam keadaan tertutup
e.       Trip valve tertutup
f.       Salah stel pada alat kontrol
3.      Putaran poros turbin tidak bisa naik akibatnya daya turbin tidak memadai, adapun penyebabnya adalah :
a.       Governor tidak berfungsi
b.      Kedudukan katup nozel ( hand nozel valve ) tidak tepat
c.       Tekanan uap bekas terlalu tinggi
d.      Terejadi beban lebih ( over load )
e.       Tekanan dan temperatur uap masuk rendah
f.       Roda sudu-sudu rusak
g.      Sudu-sudu tetap ( group nozel ) dan sudu-sudu gerak tidak befungsi
h.      Kerugian energi termal terlalu besar
i.        Kapasitas uap masuk tidak cukup
4.      Kelajuan putaran poros tidak dapat dikawal
a.       Governor tidak berfungsi
5.      Turbin berhenti sebelum waktunya, yaitu sebelum pembebanan. Adapun penyebabnya adalah :
a.       Over speed trip mechanime, berbentuk cakra dengan baut dan perspiral
6.      Turbin tidak kunjung dingin setelah katup uap di stop, adapun penyebabnya adalah :
a.       Terdapat tirisan pada katup pemasuk uap
b.      Ada tirisan uap dari katup uap bekas
c.       Ada uap masuk turbin melalui pipa drain
7.      Pemakaian uap terlalu banyak, adapun penyebabnya adalah :
a.       Kedudukan katup nozel tangan tidak tetap
b.      Kondisi uap masuk, rendah ( tekanan dan temperatur rendah )
c.       Kondisi uap bekas terlalu tinggi ( tekanan dan temperatur uap bekas tinggi )
d.      Terjadi over load
e.       Group nozel sudu-sudu tetap tidak berfungsi
8.      Terlalu cepat terjadinya keausan bantalan, adapun penyebabnya adalah :
a.       Terjadinya over heat ( temperatur bantalan naik di atas batas operasional )
b.      Cincin oli rusak
c.       Oli kurang
d.      Oli kotor
e.       Permukaan bantalan kasar
f.       Terdapat kandungan air dalam oli
g.      Fibrasi yang berlebihan dari poros
h.      Alignment poros salah
9.      Temperatur bantalan naik, adapun penyebabnya adalah :
a.       Terjadi keausan pada bantalan
b.      Air pendngin kurang lancar
c.       Viskositas oli terlalu tinggi
10.  Terdapat kandungan air dalam oli, adapun penyebabnya adalah :
a.       Terjadi ketirisan uap melalui cincin karbon ke dalam rumah bantalan
11.  Terjadi tirisan uap melalui karbon, adapun penyebabnya adalah :
a.       Cincin karbon aus atau rusak
b.      Paking gland ( sealing ) kotor
c.       Cincin penahan rusak atau lemah
d.      Tekanan uap terlalu besar terhadap seal
e.       Terjadi keausan poros pada bagian posisi paking
12.  Terjadi denyutan pada putaran poros, adapun penyebabnya adalah :
a.       Fundasi cacat
b.      Ada tirisan pada pipa uap
c.       Terjadi kesalahan pada centering ( alignment )
d.      Bantalan utama ( main bearing ) rusak
e.       Terjadi penyimpangan pada bagian rotor karena shock oleh air kondensat dalam rotor
f.       Roda tidak balance karena kekurangan sudu-sudu
g.      Roda tidak balance karena terdapat kotoran melekat
h.      Denyut putaran pada beban
i.        Terjadi kerusakan pada bantalan peluru ( ball bearing ) dari roda gigi penggerak perlengkapan ( auxiliary ) turbin
j.        Roda gigi utama ( main gear ) rusak

D.          Jenis Gangguan ( Trouble Shooting ), Kerusakan Turbin Uap 43 Pada Boiler House ( BH ) 43
Turbin uap bekerja pada putaran yang tinggi, sehingga sering kali mengalami kerusakan. Adapun jenis gangguan yang sering terjadi di antaranya :
1.      Metal Bearing Aus
2.      Carbon Ring bocor ( aus ).
3.      Spring – spring Carbon Putus, Kendor ( lemah ).
4.      Shaft / Poros Rotor Aus.
5.   Valve Bocor, dll
Hal-hal tersebut diatas sering terjadi karena peralatan pada turbin tersebut sudah tidak layak pakai. Namun selain itu Faktor Pengoperasian (SDM) juga tidak terlepas. Karena apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami tentang prosedur mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga turbin bisa rusak sebelum waktunya.
E.          Analisa Kerusakan pada Metal Bearing
Metal Bearing berfungsi untuk menahan poros rotor agar tidak terjadi getaran / vibrasi sehingga turbin dapat bekerja dengan baik. Karena bearing metal berhubungan langsung dengan Shaft Rotor yang berputar dengan berkecepatan tinggi sehingga sering mengalami keausan antara rotor dengan Bearing. Adapun menganalisa kerusakan Metal Bearing pada turbin  uap yaitu  sebagai berikut :

a.       Pada saat Turbin masih Beroperasi / dilapangan.
Pada saat Turbin Masih beroperasi / dilapangan dapat kita ketahui kondisi turbin dari :
1. Bunyi turbin yang mengaung (kasar).
2. Berasap.
3. Terjadi Vibrasi / getaran.

b.      Pada saat Turbin sudah dibongkar
Pada saat Turbin sudah dibongkar kita dapat mengetahui kondisi Metal Bearing dari :
1.      Secara Visual kita dapat melihat adanya goresan karena aus antara Metal Bearing dengan Shaft Rotor.
2.      Secara Geometris kita dapat melihat dari Clearence antara Metal Bearing dengan Shaft Rotor (<1mm versus 0,08 s/d 0,12 mm).

Adapun masalah yang menyebabkan Metal Bearing bisa rusak/aus adalah sebagai berikut :
1.      Faktor usia pakai.
Faktor  usia pakai turut berperan karena kebanyakan peralatan yang dibuat manusia memiliki batasan umur. Sehingga apabila umur dari benda tersebut sudah tua maka tidak layak pakai lagi dan mesti diganti.
2.      Kurangnya Pelumasan.
Peran Pelumas sangatlah penting karena di dalam turbin rotor berputar dengan cepat. Sehingga menimbulkan panas dan bisa mengakibatkan Metal Bearing pecah dan bahkan Shaft rotor bisa patah.
3.      Rotor tidak balance.
Apabila rotor tidak balance maka besar kemungkinan Metal Bearing akan cepat mengalami kerusakan.
4.      Bahan Metal Jelek.
Bahan metal juga bisa menentukan lama tidaknya bearing bertahan, sehingga bahan yang digunakan haruslah benar-benar tepat.
5.      Faktor Pengoperasian.
Apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami tentang prosedur mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga turbin bisa rusak sebelum waktunya.
6.      Terjadi Benjolan pada Oil Ring / Oil Ring Lonjong
Apabila terjadi benjolan pada oil ring maka oil ring tidak bisa berputar dengan lancar, sehingga peluamasan pada Metal Bearing tidak sempurna.
Salah satu penyebab Metal Bearing rusak / aus diantaranya karena Shaft Rotor tidak balance. Hal ini bisa disebabakan karena sebagai berikut :
1.      Faktor usia pakai.
Faktor  usia pakai turut berperan karena kebanyakan peralatan yang dibuat manusia memiliki batasan umur. Sehingga apabila umur dari benda tersebut sudah tua maka tidak layak pakai lagi dan mesti diganti.
2.      Faktor Pengoperasian.
Apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami tentang prosedur mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga turbin bisa rusak sebelum waktunya.
3.      Bahan Shaft.
Bahan metal juga bisa menentukan lama tidaknya bearing bertahan, sehingga bahan yang digunakan haruslah benar-benar tepat (sesuai design).
4.      Kotoran yang terdapat pada Sudu – Sudu.
Kotoran yang terdapat pada Sudu-sudu bisa menempel pada shaft dan masuk ke dalam celah antara bearing dengan shaft karena terbawa uap yang bergerak di dalam turbin.
5.      Lama tidak di Operasikan / di Stop.
Karena turbin sudah lama tidak bekerja maka akan terjadi perubahan struktur logam pada rotor.

F.          Menangani Kerusakan Pada Metal Bearing
Banyak cara yang dilakukan oleh para mekanik untuk menangani masalah kerusakan pada Metal Bearing. Namun hal yang perlu diperhatikan yaitu ketepatan waktu, efisien,  mutu dan kualitas hasil dari perbaikan yang dilakukan. Adapun cara untuk menyelesaikan permasalahan ini dilakukan 2 pembagian pekerjaan  yaitu sebagai berikut :
a.       Shaft Rotor.
Kerusakan / aus pada bearing selalu berhubungan dengan Shaft.  Karena antara Shaft dan Bearing berhubungan langsung, sehingga apabila salah satu bermasalah maka akan menyebabkan kerusakan pada yang lainnya.
Dalam menangani masalah ini, mula-mula kita harus mengetahui seberapa besar keausan yang terjadi pada Shaft Rotor tersebut. Apabila keausan yang terjadi kurang dari 2 mm (< 2 mm), maka kita hanya perlu melakukan  pembubutan ( Turning ) perkecil sesuai denngan batasan pada Shaft yang aus. Namun apabila keausan yang terjadi sudah lebih dari 2 mm, maka kita harus mengganti Shaft tersebut. Sebab apabila dilakukan  pembubutan, maka tidak akan bertahan lama dan shaft tersebut bisa patah.

b.       Metal Bearing.
Untuk menangani masalah pada Metal Bearing banyak cara yang bisa dilakukan. Apabila Metal Bearing tersebut sudah mengalami kerusakan yang fatal maka harus diganti, namun apabila kerusakan yang terjadi belum begitu parah maka tidak perlu mengganti dengan yang baru. Karena untuk melakukan penggantian, tidak mudah untuk mendapatkan barang yang kita inginkan yang sesuai dengan spesifik yang di izinkan. Selain itu untuk melakukan pemesanan diperlukan waktu yang lama sehingga dapat menunda pekerjaan. Dan juga harganya yang relatif mahal.
Banyak cara yang dilakukan oleh para mekanik untuk menyelesaikan masalah ini terutama para mekanik di Bengkel Pertamina Plaju – Sungai Gerong. Namun cara yang lebih efisien dan relatif murah yang sering dilakukan oleh mereka yakni dengan mengecor ulang Metal Bearing tersebut dan setelah itu di bubut menurut ukuran Shaft yang telah dibubut halus. Adapun batasan celah ( Clearence ) antara Bearing Metal dengan Shaft yang diizinkan yaitu 0,08 – 0,12 mm.
G.    Petunjuk Pemeliharaan Turbin

Periode

Uraian Pemeliharaan

Harian

1.      Cek semua paras oli dan tambah bila perlu.
2.      Periksa temperatur bantalan dan oli lubrikasi.
3.      Cek putaran tubin.
4.      Periksa kelancaran operasional, serta selidiki perubahan kondisi operasional yang sekonyong-konyong atau kebisingan yang tidak biasa.
5.      Jika dilakukan shut down secara harian, tes katup trip dengan jalan menurunkan tangkai trip tangan.

Mingguan

1.      Coba katup trip untuk mencegah terjadinya capuk karena endapan atau korosi. Jika pada suatu skedul operasi yang berkesinambungan, coba katup trip dengan menurunkan lengan trip tangan. Setel kembali jika putaran turbin menurun mendekati 80 % putaran yang diizinkan ( rated speed ).

Bulanan

1.      Periksa sampel oli lubrikasi dan bila perrlu diperbaharui.
2.      Periksa sambungan governor untuk ruang main yang berlebihan ganti bagian yang rusak.
3.      Periksa trip kecepatan lebih, dengan menaikkan putaran turbin, jika beban dibebaskan.
Tahunan
1.      Ukur semua clearance dan stel.
2.      Bongkar dan bersihkan strainer uap jika strainer luar biasa kotornya, bersihkan setiap enam bulan.
3.      Periksa katup governor dan dudukan katup. Tutup katup dengan tangan, jika menandai tidak rata karena aus, ganti paking tangkai katup governor.
4.      Bersihkan dan periksa katup trip ganti bagian-bagian yang rusak dan bila perlu lakukan hand lap.
5.      Uraikan, bersihkan dan periksa trip kecepatan lebih dan sambungannya.
6.      Cek bantalan dukung dan bantalan rotor, jika aus ganti.
7.      Periksa dan bersihkan reservoir oli rumah bantalan dan ruang pendingin.
8.      Angkat katup rumah turbin dan periksa poros rotor, cakra, sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak serta tutupnya ( shroudig system )
9.      Periksa cincin karbon, dan ganti bila perlu.
10.  Pindahkan rakitan rotor ( rotor assembly ) dari rumah turbin dan periksa ring nozel, dan sudu-sudu pemandu ( pada turbin curtis ).
11.  Periksa kerja katup pengawal ( sentrel valve ).
12.  Atur dan cek trip kecepatan lebih, bila turbin dioperasikan kembali.


5 comments:

  1. makasi banget, infonya dan ilmunya sangat membantu buat ngerjain tugas akhir, makasi gan

    ReplyDelete
  2. Tks info nya ,sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  3. thks infonya kalau daftar pustaka ??share donk kk.

    ReplyDelete
  4. Thanks infox, sangat bermanfaat,mkin menambah ilmu bermanfaat

    ReplyDelete