PERBAIKAN
TURBIN UAP
Turbin Uap
Turbin uap merupakan kelompok pesawat-pesawat konversi energi yang
mengkonversikan energi potensial uap menjadi energi mekanik pada poros turbin.
Sebelum dikonversikan menjadi energi mekanik terlebih dahulu dikonversikan
menjadi energi kinetik dalam nozel (pada turbin impuls) atau dalam nozel dan
sudu-sudu gerak (pada turbin reaksi).
Menurut jenis fluida kerja yang
bekerja pada turbin, maka turbin dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu
sebagai berikut :
1. Turbin dengan fluida kerrja uap disebut turbin uap, yaitu turbin yang merubah
tenaga potensial uap menjadi tenaga mekanis.
2. Turbin dengan fluida kerja gas disebut turbin gas, yaitu turbin yang merubah
tenaga potensial gas menjadi tenaga mekanis.
3. Turbin dengan fluida kerja air disebut turbin air, yaitu turbin yang merubah
tenaga potensial air menjadi tenaga mekanis. Tenaga air yang digunakan misalnya
tenaga potensial dari air terjun atau air sungai.
4. Turbin dengan fluida kerja angin disebut turbin angin, yaitu turbin yang merubah
tenaga potensial angin menjadi tenaga mekanis.
Dari keempat jenis turbin diatas pada prinsipnya adalah sama, hanya fluida kerjanya saja yang berbeda.
Ada beberapa keuntungan turbin uap jika
dibandingkan dengan mesin uap, yaitu sebagai berikut :
1. Peralatan pada turbin tidak banyak macam
ragamnya/lebih sedehana.
2. Gerak yang dihasilkan lebih tenang, karena
banyak gerak putar saja.
3. Gerakan putanya secara langsung tanpa
perantara.
4. Torsi yang dihasilkan pada porsi lebih
besar.
5. Tidak ada kerugian gesek pada rotasinya.
6. Dibandingkan dengan mesin uap yang
horizontal, maka turbin uap tidak memerlukan pondasi yang begitu besar.
7.
Dari ukuran turbin uap sama dengan mesin uap, maka
turbin memperoleh daya yang besar.
8.
Akibat banyak timbul gerak putar saja, maka getaran
yang ditimbulkan lebih kecil dari pada mesin uap.
Namun jika dibandingkan dengan
mesin uap turbin uap juga terdapat kekurangan/kerugian, diantaranya sebagai
berikut :
1.
Untuk mengekspansikan uap memerlukan peralatan yang
khusus yaitu pipa pemancar.
2. Pipa pemancar memerlukan perencanaan yang
sangat teliti.
3. Karena uap dipakai untuk mendorong sudu
jalan, padahal sudu jalan hanya merupakan kepingan yang terbuka, sehingga
diperlukan rumah turbin yang sangat rapat dan kuat, sehingga tidak timbul
kebocoran uap. Sedangkan pada mesin uap hal tersebut diatas tidak memerlukan
perhatian yang penting.
Turbin uap bertingkat dengan
kondensasi dalam satu rumah bekerja menurut “proses tekanan sama” dengan roda
turbin sendiri-sendiri tetapi masih tetap dalam satu poros. Selain itu
untuk turbin uap yang dibuat dengan menggunakan “proses tekanan lebih”,
rotornya terdiri atas sebuah tromol yang dilengkapi dengan sudu-sudu. Turbin
uap terdiri dari rotor dan rumah turbin, yaitu sebagai berikut :
a. Rotor Turbin (gambar 1)
1. Penggerak Pompa Oil Utama dan Regulator
Di kanan kedua titik adalah : baut penutup cepat (over speed trip) bila terjadi
kemungkinan putaran rotor turbin sampai lebih besar dari pada yang telah
ditentukan (over speed), maka
peralatan ini akan bergerak keluar dan dengan melalui sistem pemindahan tuas
uap yang masuk ke dalam turbin bisa di kurangi (kedua baut tersebut adalah
untuk pengaman)
2. Bantalan tekan dan bantalan dukung dari
rotor turbin
3.
Tabung Paking Poros
Dengan adanya Paking Labirin kebocoran uap melalui celah
antara poros dan rumah turbin yang bebas dari singgungan atau geseran bisa
dikurangi dengan sangat atau dibendung, tetapi kerugian kebocoran ini tetap
tidak bisa dihindari.
4.
Tingkat Pertama
Disini uap baru setelah melalui nozel laval menggerakan roda curtis dengan 2 sudu
jalan.
5.
11 tingkat
turbin, yang masing-masing dengan rod aturbn sendiri-sendiri. Bagian ini
bisa disebut sebagai bagian turbin tekanan tinggi.
6. 4 tingkat turbin tekanan rendah dengan
pertambahan panjang sudu yang sangat besar.
7. Uap dari sebelah pinggir tabung paking
poros bagian tekanan tinggi diambil dan dialirkan ke tabung paking tingkat
tekanan rendah untuk dipakai sebagai uap perintang.
8. Tabung paking tingkat tekanan rendah,
disebelah kiri tabung ini terdapat tekanan kerendahan (kurang dari 1 bar).
Dengan dialirkannya uap perintang maka udara luar sekitar turbin terhalang
tidak terhisap masuk kedalam saluran uap bekas.
9.
Bantalan dukung penghantar.
10. Kopling
Di luar adalah peralatan untuk memutar poros. Setelah
turbin berhenti dan sebelum dioperasikan rotor turbin yang besar yang bekerja
dengan temperatur uap yang tinggi, diputar dengan pelan-pelan supaya
bagian-bagian turbin bisa dipanaskan dengan merata.
11. Bantalan
dukung generator
b. Rumah Turbin (gambar 2)
Rumah turbin
dibagi ditengah horisontal, dengan maksud supaya rotor bisa ditaruh kedalam
rumah dari atas.
·
Regulator
·
Rumah Bantalan
Rumah ini disangga diatas pondasi dari pada pemuaian
akibat panas melalui pegas bantalan ini mengadakan penyesuaian akibat dengan garis
sumbu turbin. Rumah bantalan dan rumah turbin mempunyai hubungan lepas.
·
Cerobong
uap tabung paking bagian tekanan tinggi.
Sisa uap bocoran dalam rumah turbin dibuang melalui
saluran ini.
·
Katup pengatur uap baru
Turbin mempunyai 3 sampai 5 katup, yang fungsinya untuk
merubah besarnya daya yang dhasilkan turbin dengan jalan mengatur banyaknya uap
yang dimasukkan kedalam turbin.
·
Rumah Katup
Pada temperatur uap baru yang tinggi seperti dalam
masalah ini, sebagian atau seluruh uap tersebut dialirkan melalui nozel laval untuk menggerakan
sudut-sudut roda turbin curtis.
·
Rumah
turbin bagian tekanan tinggi.
Ruang kosong antara dinding sebelah luar dan dinding
dalam digunakan untuk mengalirkan uap ekstraksi (uap yang di cerat dari turbin)
E1 dan E2 guna dimasukkan ke dalam pesawat pemanas pendahuluan air pengisi
ketel. Uap ini melalui lubang dibelakang roda jalan 4 dan 7. Tekanan dan
temperatur akan terbagi merata, sehingga beban dan tekanan panas (tekanan yang timbul
akibat adanya panas) dalam bagian-bagian rumah turbin bisa turun.
·
Pelat pembungkus
Dibawah
pelat ini terdapat suatu bahan isolasi
penyekat panas.
·
Cerobong
uap tabung paking tingkat tekanan rendah
Dari cerobong ini harus bisa dilihat bahwa sisa uap
perintang mengalir keluar, yang berarti menunjukkan bahwa prosesnya tidak
terbalik menjadi udara luar yang terhisap masuk kedalam saluran uap bekas.
·
Saluran uap bekas
Yang serentak sebagai penghubung antara turbin dengan
kondensator dan “dinding penyekat” dengan pemegang sudu pengarah, di bagian
bawah pada E3 adalah tempat pengambilan uap ekstraksi untuk dialirkan ke
pesawat pemanas pendahuluan air pengisi ketel.
·
Pada
saluran uap bekas terdapat rumah bantalan yang dituang. Titik tetap, tempat rumah
turbin dihubungkan dengan fondasi adalah disini. Bila rumah turbin memuai
karena panas ia akan bergeser dari tempat ini ke kiri. Sebab rumah turbin di
titik tetap sini di ikat dengan fondasi (maka rumah turbin bagian muka akan
meluncur diatas fondasi) penyangga sebelah kiri, dengan demikian penumpu
bantalan yang dimuka (hantara pada nomor 2) ikut bergeser. Pada saat bersamaan
rotor dari bantalan tekan pada nomor 2 juga akan dibawa ke kiri. Tetapi dengan
adanya kelonggaran yang ukurannya sesuai dengan geseran kesisi (yang aksial)
antara rotor dan rumah turbin, juga pada tabung paking, nama kontak atau
gesekan satu sama lainnya bisa dihindari.
·
Generator Turbo
A. Klasifikasi Turbin Uap
Turbin uap dapat diklasifikasikan kedalam kategori
yang berbeda-beda, tergantung dari konstruksi, panas jatuh yang dihasilkan,
keadaan mula-mula dan akhir dari uap, penggunaan dalam industri, serta jumlah
tingkat yang ada padanya. Maka turbin uap diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Menurut arah aliran uap memasuki turbin,
maka turbin uap dibagi atas turbin :
a.
aksial, dan
b.
radial
2. Menurut prinsip kerjanya, maka turbin uap dapat
di bagi atas :
a.
turbin aksi, dan
b.
turbin reaksi
3. Menurut sistem kerjanya, maka turbin uap
dapat di bagi atas :
a. Turbin impuls dengan tingkat tekanan dan
velositas tunggal, sistem ini diterapkan pada turbin De laval.
b. Turbin impuls dengan tingkat tekanan
tunggal dan tingkat velositas ganda (kompon), sistem ini diterapkan pada turbin
Curtis dengan rotor tunggal.
c. Turbin impuls dengan tingkat tekanan dan
velositas ganda, sistem ini diterapkan pada turbin Curtis dengan rotor ganda.
d. Turbin impuls dengan tingkat tekanan ganda
dan satu tingkat velositas, sistem ini diterapkan pada turbin Rateau.
e.
Turbin kombinasi sistem Curtis-Rateau
f. Turbin reaksi dengan tingkat tekanan
berganda dan dengan satu tingkat velositas, sistem ini diterapkan pada turbin
Parson.
g. Turbin kombinasi impuls-reaksi, sistem ini
diterapkan pada turbin kombinasi Curtis-Parson
h. Turbin reaksi dengan rotor dan putaran
ganda, sistem ini diterapkan pada turbin Ljungstrom.
4. Sesuai dengan kondisi uap meninggalkan
turbin, maka turbin uap dibagi atas :
a. Turbin
tekanan lawan (back pressure turbine),
yaitu bila tekana uap bekas sama dengan tekanan uap yang dibutuhkan untuk
keperluan prosesing (pengolahan) pad kegiatan (aktivitas) suatu pabrik. Turbin jenis ini tidak mengalami kondensasi
uap bekas, jadi disebut juga sebagai turbin non-kondensasi (non-condensing stam turbin). Turbin tekanan lawan bisa saja dari jenis
impuls atau reraksi, yang terdiri dari turbin uap merek Stork dari jenis Rateau
dari 7 tingkat tekanan.
b.
Turbin kondensasi langsung (straight condensing turbine), adalah turbin uap yang beroperasi dengan
mengkondensasikan uap bekasnya langsung dalam kondensor, guna memperoleh air
yang akan dipakai sebagai air pengisi ketel (feed
water). Sisteem ini dilaksanakan bila sulit untuk memperoleh air yang
memenuhi syarat untuk pengisi ketel, atau mahalnya harga air seperti yang di
alami pada kapal.
c. Turbin ekstraksi dengan tekanan lawan (Extraction Back Pressure Turbine), bila
turbin beroperasi dengan uap bekas yang dipergunakan untuk keperluan ekstraksi
dan proses. Tekanan lawan (black
pressure) yang lebih rendah dari tekanan ekstraksi (extraction pressure) dapat mereduksi ekspansi uap, sehingga
konstruksi turbin T.R dpat lebih ringan.
d. Turbin ekstraksi dengan kondensasi (Extaction Condensing Turbine),
beroperasi dengan sebagian uap bekas dipakai untuk keperluan ekstraksi dan
sebagian lagi untuk penyediaan kondensat untuk air pengisi ketel (feed water).
e.
Turbin kondensasi dengan ekstraksi berganda (Double Extaction Condensing Turbines),
adalah jenis turbin kondensasi dengan tekanan ekstraksi berganda. Uap bekas
dari turbin dipakai untuk kebutuhan beberapa tingkat ekstraksi dan sisanya
dijadikan kondensat dalam kondensor
untuk memenuhi kebutuhan air pengisi ketel (boiler feed water).
f.
Turbin Non-Kondensasi dengan aliran langsung (Staight Flow Non-Condensing Turbine),
adalah turbin uap dengan sistem aliran langsung tanpa menyuplai uap untuk
keperluan ekstraksi dan tanpa memakai kondensor, jadi uap bekas langsung di
buang ke udara luar dengan tekanan
–lawan sama atau melebihi tekanan atmosfir (1 atm).
g. Turbin non kondensasi dengan ekstraksi
tunggal dan berganda dua.
5. Sesuai dengan kondisi uap masuk turbin,
terdiri dari :
a.
Turbn tekanan rendah (low pressure turbine), bila tekanan uap masuk turbin sampai dengan
2 bar (p£
2 bar).
b. Turbin tekanan menengah, bila tekanan uap
masuk (initial pressure) sampai
dengan 40 bar (p£ 40 bar).
c. Turbin tekanan tinggi, bila tekanan uap
masuk turbin sampai dengan 170 bar (p£ 170 bar).
d. Turbin tekanan sangat tinggi, bila tekanan
uap turbin (initial turbin) lebih
dari 170 bar (p> 170 bar).
e. Turbin tekanan adi-kritis, yaitu turbin
uap yang beroperasi dengan tekanan lebih dari 225 bar (p> 225 bar).
6. Sesuai dengan jumlah selinder, maka turbin
uap dibagi atas :
a.
Turbin uap bersilinder tunggal (single-cylinder steam turbine).
b.
Turbin bersilinder ganda dua (two cylinder steam turbin).
c.
Turbin bersilinder berganda tiga (three cylinder steam turbine).
d.
Turbin bersilinder empat (four cylinder steam turbine).
7. Sistem pemanasan ulang uap, maka turbin
uap dibagi atas :
a. Turbin uap dengan pemanasan ulang tunggal (single reheat Turbine).
b. Turbin uap dengan pemanasan ulang ganda (double reheat Turbine).
8. Berdasarkan pada lingkungan pengoperasiannya,
maka turbin uap terbagi atas dua macam, yaitu :
a. Turbin darat (industrial turbine), yang dioperasikan pada PLTU untuk penggerak
generator listrik dan keperluan industrial.
b. Turbin kapal (marine steam turbine), yang dioperasikan pada kapal-kapal dagang
dan kapal-kapal perang.
B.
Sistem / cara Kerja Turbin Uap
Adapun
turbin uap terdiri dari :
1.
Rumah Turbin
2. Sudu jalan yang mempunyai karangan sudu
jalan
3.
Poros turbin
4.
Pipa pemancar
5.
Bearing Metal
Karena Turbin
uap maka turbin bekerja dengan menggunakan tenaga uap. Mula-mula uap baru yang betekanan
masuk kedalam pipa pemancar dan kemudian keluar. Karena turbin ini merupakan turbin tekanan rate (aksi) maka tekanan uap yang kelua
dari sudu jalan sama. Oleh karena berkurangnya uap di dalam pipa pemancar maka
terjadi pengembangan uap, yakni kecepatan uap akan betambah.
C. Jenis Gangguan ( Trouble Shooting ), Kerusakan pada
Turbin Uap
Turbin uap bekerja pada putaran yang tinggi, sehingga
seringkali mengalami gangguan. Adapun jenis gangguan yang sering terjadi pada
umumnya adalah :
1.
Turbin bergetar, disebabkan oleh :
a.
Alignment poros
tidak tepat
b.
Clearance
bantalan teralu besar
c.
Kopeling kering
d.
Kopeling aus atau rusak
e.
Rotor rusak (
unbalance )
f.
Rotor mengandung kerak,unbalance
g.
Karbon ring longgar
h.
Ada air kondensat dalam rai sudu-sudu
i.
Poros bengkok
j.
Baut pengikat longgar atau patah
k.
Cakra longgar
2.
Turbin tidak bisa di star, adapun penyebabnya
adalah :
a.
Tekanan uap masuk tidak cukup tinggi kemungkinan
ada tirisan uap dari katup
b. Ada
gangguan dalam saringan uap ( steam
strainer )
c.
Katup gerak cepat ( quick action valve ) tidak terbuka
d.
Katup uap masuk dalam keadaan tertutup
e.
Trip valve tertutup
f.
Salah stel pada alat kontrol
3.
Putaran poros turbin tidak bisa naik akibatnya daya
turbin tidak memadai, adapun penyebabnya adalah :
a.
Governor tidak berfungsi
b.
Kedudukan katup nozel ( hand nozel valve ) tidak tepat
c.
Tekanan uap bekas terlalu tinggi
d. Terejadi beban lebih ( over load )
e.
Tekanan dan temperatur uap masuk rendah
f.
Roda sudu-sudu rusak
g.
Sudu-sudu tetap (
group nozel ) dan sudu-sudu gerak tidak befungsi
h.
Kerugian energi termal terlalu besar
i.
Kapasitas uap masuk tidak cukup
4.
Kelajuan putaran poros tidak dapat dikawal
a.
Governor tidak berfungsi
5.
Turbin berhenti sebelum waktunya, yaitu sebelum
pembebanan. Adapun penyebabnya adalah :
a. Over speed trip mechanime, berbentuk cakra dengan baut dan perspiral
6. Turbin tidak kunjung dingin setelah
katup uap di stop, adapun penyebabnya adalah :
a.
Terdapat tirisan pada katup pemasuk uap
b.
Ada tirisan uap dari katup uap bekas
c.
Ada uap masuk turbin melalui pipa drain
7.
Pemakaian uap terlalu banyak, adapun penyebabnya
adalah :
a.
Kedudukan katup nozel tangan tidak tetap
b.
Kondisi uap masuk, rendah ( tekanan dan temperatur
rendah )
c.
Kondisi uap bekas terlalu tinggi ( tekanan dan
temperatur uap bekas tinggi )
d.
Terjadi over
load
e.
Group
nozel sudu-sudu tetap tidak berfungsi
8.
Terlalu cepat terjadinya keausan bantalan, adapun
penyebabnya adalah :
a.
Terjadinya over
heat ( temperatur bantalan naik di atas batas operasional )
b.
Cincin oli rusak
c.
Oli kurang
d.
Oli kotor
e.
Permukaan bantalan kasar
f.
Terdapat kandungan air dalam oli
g.
Fibrasi yang berlebihan dari poros
h.
Alignment poros
salah
9.
Temperatur bantalan naik, adapun penyebabnya adalah
:
a.
Terjadi keausan pada bantalan
b.
Air pendngin kurang lancar
c.
Viskositas oli terlalu tinggi
10. Terdapat
kandungan air dalam oli, adapun penyebabnya adalah :
a.
Terjadi ketirisan uap melalui cincin karbon ke
dalam rumah bantalan
11. Terjadi
tirisan uap melalui karbon, adapun penyebabnya adalah :
a.
Cincin karbon aus atau rusak
b.
Paking
gland ( sealing ) kotor
c.
Cincin penahan rusak atau lemah
d.
Tekanan uap terlalu besar terhadap seal
e.
Terjadi keausan poros pada bagian posisi paking
12. Terjadi
denyutan pada putaran poros, adapun penyebabnya adalah :
a.
Fundasi cacat
b.
Ada tirisan pada pipa uap
c.
Terjadi kesalahan pada centering ( alignment )
d.
Bantalan utama (
main bearing ) rusak
e.
Terjadi penyimpangan pada bagian rotor karena shock oleh air kondensat dalam rotor
f.
Roda tidak balance karena kekurangan sudu-sudu
g.
Roda tidak balance karena terdapat kotoran melekat
h.
Denyut putaran pada beban
i.
Terjadi kerusakan pada bantalan peluru ( ball bearing ) dari roda gigi
penggerak perlengkapan ( auxiliary )
turbin
j.
Roda gigi utama ( main gear ) rusak
D.
Jenis Gangguan ( Trouble Shooting ), Kerusakan
Turbin Uap 43 Pada Boiler House (
BH ) 43
Turbin uap bekerja pada putaran yang tinggi, sehingga
sering kali mengalami kerusakan. Adapun jenis gangguan yang sering terjadi di
antaranya :
1.
Metal
Bearing Aus
2.
Carbon Ring bocor ( aus ).
3.
Spring
– spring Carbon Putus, Kendor ( lemah ).
4.
Shaft / Poros Rotor Aus.
5. Valve Bocor, dll
Hal-hal tersebut diatas sering terjadi karena
peralatan pada turbin tersebut sudah tidak layak pakai. Namun selain itu Faktor
Pengoperasian (SDM) juga tidak terlepas. Karena apabila operator tersebut tidak
mengerti dan memahami tentang prosedur mengoperasikan turbin maka mereka akan
sering lalai, sehingga turbin bisa rusak sebelum waktunya.
E.
Analisa
Kerusakan pada Metal Bearing
Metal Bearing
berfungsi untuk menahan poros rotor agar tidak terjadi getaran / vibrasi
sehingga turbin dapat bekerja dengan baik. Karena bearing metal berhubungan
langsung dengan Shaft Rotor yang
berputar dengan berkecepatan tinggi sehingga sering mengalami keausan antara
rotor dengan Bearing. Adapun menganalisa kerusakan Metal Bearing pada turbin
uap yaitu sebagai berikut :
a.
Pada saat Turbin masih Beroperasi / dilapangan.
Pada saat Turbin Masih beroperasi / dilapangan dapat
kita ketahui kondisi turbin dari :
1. Bunyi turbin yang mengaung (kasar).
2. Berasap.
3. Terjadi Vibrasi / getaran.
b.
Pada saat Turbin sudah dibongkar
Pada saat Turbin sudah dibongkar kita dapat mengetahui
kondisi Metal Bearing dari :
1.
Secara Visual kita dapat melihat adanya goresan
karena aus antara Metal Bearing dengan Shaft Rotor.
2.
Secara Geometris kita dapat melihat dari Clearence antara Metal Bearing dengan Shaft
Rotor (<1mm versus 0,08 s/d 0,12 mm).
Adapun masalah yang menyebabkan Metal Bearing bisa rusak/aus adalah sebagai berikut :
1.
Faktor usia pakai.
Faktor usia
pakai turut berperan karena kebanyakan peralatan yang dibuat manusia memiliki
batasan umur. Sehingga apabila umur dari benda tersebut sudah tua maka tidak
layak pakai lagi dan mesti diganti.
2.
Kurangnya Pelumasan.
Peran Pelumas sangatlah penting karena di dalam turbin
rotor berputar dengan cepat. Sehingga menimbulkan panas dan bisa mengakibatkan
Metal Bearing pecah dan bahkan Shaft
rotor bisa patah.
3.
Rotor tidak balance.
Apabila rotor tidak balance maka besar kemungkinan Metal Bearing akan cepat mengalami
kerusakan.
4.
Bahan Metal Jelek.
Bahan metal juga bisa menentukan lama tidaknya bearing
bertahan, sehingga bahan yang digunakan haruslah benar-benar tepat.
5.
Faktor Pengoperasian.
Apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami
tentang prosedur mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga
turbin bisa rusak sebelum waktunya.
6.
Terjadi Benjolan pada Oil Ring / Oil Ring Lonjong
Apabila terjadi benjolan
pada oil ring maka oil ring tidak bisa berputar dengan lancar, sehingga
peluamasan pada Metal Bearing tidak
sempurna.
Salah satu penyebab Metal Bearing rusak / aus diantaranya karena Shaft Rotor tidak balance. Hal ini bisa disebabakan karena sebagai
berikut :
1.
Faktor usia pakai.
Faktor usia
pakai turut berperan karena kebanyakan peralatan yang dibuat manusia memiliki
batasan umur. Sehingga apabila umur dari benda tersebut sudah tua maka tidak
layak pakai lagi dan mesti diganti.
2.
Faktor Pengoperasian.
Apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami
tentang prosedur mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga
turbin bisa rusak sebelum waktunya.
3.
Bahan Shaft.
Bahan metal juga bisa menentukan lama tidaknya bearing
bertahan, sehingga bahan yang digunakan haruslah benar-benar tepat (sesuai
design).
4.
Kotoran yang terdapat pada Sudu – Sudu.
Kotoran yang terdapat pada Sudu-sudu bisa menempel
pada shaft dan masuk ke dalam celah antara bearing dengan shaft karena terbawa
uap yang bergerak di dalam turbin.
5.
Lama tidak di Operasikan / di Stop.
Karena turbin sudah lama tidak bekerja maka akan
terjadi perubahan struktur logam pada rotor.
F.
Menangani
Kerusakan Pada Metal Bearing
Banyak cara yang dilakukan oleh para mekanik untuk
menangani masalah kerusakan pada Metal
Bearing. Namun hal yang perlu diperhatikan yaitu ketepatan waktu,
efisien, mutu dan kualitas hasil dari
perbaikan yang dilakukan. Adapun cara untuk menyelesaikan permasalahan ini
dilakukan 2 pembagian pekerjaan yaitu
sebagai berikut :
a.
Shaft
Rotor.
Kerusakan / aus pada bearing selalu berhubungan dengan
Shaft. Karena antara Shaft dan Bearing
berhubungan langsung, sehingga apabila salah satu bermasalah maka akan
menyebabkan kerusakan pada yang lainnya.
Dalam menangani masalah ini, mula-mula kita harus
mengetahui seberapa besar keausan yang terjadi pada Shaft Rotor tersebut. Apabila keausan yang terjadi kurang dari 2 mm
(< 2 mm), maka kita hanya perlu melakukan
pembubutan ( Turning )
perkecil sesuai denngan batasan pada Shaft yang aus. Namun apabila keausan yang
terjadi sudah lebih dari 2 mm, maka kita harus mengganti Shaft tersebut. Sebab
apabila dilakukan pembubutan, maka tidak
akan bertahan lama dan shaft tersebut bisa patah.
b.
Metal
Bearing.
Untuk menangani masalah pada Metal Bearing banyak cara yang bisa dilakukan. Apabila Metal Bearing tersebut sudah mengalami
kerusakan yang fatal maka harus diganti, namun apabila kerusakan yang terjadi
belum begitu parah maka tidak perlu mengganti dengan yang baru. Karena untuk
melakukan penggantian, tidak mudah untuk mendapatkan barang yang kita inginkan
yang sesuai dengan spesifik yang di izinkan. Selain itu untuk melakukan
pemesanan diperlukan waktu yang lama sehingga dapat menunda pekerjaan. Dan juga
harganya yang relatif mahal.
Banyak cara yang dilakukan oleh para mekanik untuk
menyelesaikan masalah ini terutama para mekanik di Bengkel Pertamina Plaju –
Sungai Gerong. Namun cara yang lebih efisien dan relatif murah yang sering
dilakukan oleh mereka yakni dengan mengecor ulang Metal Bearing tersebut dan setelah itu di bubut menurut ukuran
Shaft yang telah dibubut halus. Adapun batasan celah ( Clearence ) antara Bearing Metal dengan Shaft yang diizinkan
yaitu 0,08 – 0,12 mm.
G. Petunjuk Pemeliharaan Turbin
Periode
|
Uraian
Pemeliharaan
|
Harian
|
1.
Cek semua paras oli dan tambah bila perlu.
2.
Periksa temperatur bantalan dan oli lubrikasi.
3.
Cek putaran tubin.
4.
Periksa kelancaran operasional, serta selidiki
perubahan kondisi operasional yang sekonyong-konyong atau kebisingan yang
tidak biasa.
5.
Jika dilakukan shut down secara harian, tes katup
trip dengan jalan menurunkan tangkai trip tangan.
|
Mingguan
|
1.
Coba katup trip untuk mencegah terjadinya capuk
karena endapan atau korosi. Jika pada suatu skedul operasi yang
berkesinambungan, coba katup trip dengan menurunkan lengan trip tangan. Setel
kembali jika putaran turbin menurun mendekati 80 % putaran yang diizinkan ( rated speed ).
|
Bulanan
|
1.
Periksa sampel oli lubrikasi dan bila perrlu
diperbaharui.
2.
Periksa sambungan governor untuk ruang main yang
berlebihan ganti bagian yang rusak.
3.
Periksa trip kecepatan lebih, dengan menaikkan
putaran turbin, jika beban dibebaskan.
|
Tahunan
|
1. Ukur semua clearance dan stel.
2.
Bongkar dan bersihkan strainer uap jika strainer
luar biasa kotornya, bersihkan setiap enam bulan.
3.
Periksa katup governor dan dudukan katup. Tutup
katup dengan tangan, jika menandai tidak rata karena aus, ganti paking
tangkai katup governor.
4.
Bersihkan dan periksa katup trip ganti
bagian-bagian yang rusak dan bila perlu lakukan hand lap.
5.
Uraikan, bersihkan dan periksa trip kecepatan
lebih dan sambungannya.
6.
Cek bantalan dukung dan bantalan rotor, jika aus
ganti.
7.
Periksa dan bersihkan reservoir oli rumah bantalan
dan ruang pendingin.
8.
Angkat katup rumah turbin dan periksa poros
rotor, cakra, sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak serta tutupnya ( shroudig system )
9.
Periksa cincin karbon, dan ganti bila perlu.
10. Pindahkan
rakitan rotor ( rotor assembly )
dari rumah turbin dan periksa ring nozel, dan sudu-sudu pemandu ( pada turbin
curtis ).
11. Periksa
kerja katup pengawal ( sentrel valve ).
12. Atur
dan cek trip kecepatan lebih, bila turbin dioperasikan kembali.
|
makasi banget, infonya dan ilmunya sangat membantu buat ngerjain tugas akhir, makasi gan
ReplyDeleteTks info nya ,sangat bermanfaat
ReplyDeletethks infonya kalau daftar pustaka ??share donk kk.
ReplyDeleteThanks infox, sangat bermanfaat,mkin menambah ilmu bermanfaat
ReplyDeleteTq informasinya
ReplyDelete